Kamis, 28 November 2013

Kenangan Akan Sebuah Kisah

Untuk dia yang kini menggulung jarak denganku
Berbicara mengenai hujan jika kita bertanya pada orang-orang maka, ada beragam jawaban atau ekpresi yang akan dikemukakan oleh mereka. Mulai dari ada yang takut, sedih, senang, atau pun datar-datar saja. Kalau aku sendiri sangat menyukai yang namanya hujan karena bagiku setiap butir-butir airnya memberikanku kesejukan yang membuatku tenang dan dapat berpikir dengan jernih. Ada juga beberapa kisah mengenai hujan yang tak bisa aku lupakan dan menjadi kenangan tersendiri dalam hidupku. Salah satunya akan aku kisahkan dalam ceritaku kali ini. Mengenai seseorang yang kini jauh di sana dan membuatku semakin memaknai hujan lebih mendalam lagi. Dia juga pernah menjadi orang yang spesial dalam kehidupanku. 
Tahukah kalian? saat aku menyaksikan setiap hujan yang turun membasahi bumi pertiwi ini, aku serasa kembali menyaksikan siluet dirinya yang saat itu dengan gagah berani menerobos derasnya hujan yang mengguyur tempat itu. Aku menyaksikan dirinya yang menikmati hujan sambil mengayuh kendaraannya dengan tenangnya dan tak tampak wajah kegelisahan seperti orang-orang lain yang terburu-buru tuk mencari persinggahan agar tak dibasahi oleh rahmat Tuhan ini. Dia justru terlihat mensyukuri dengan segala pemberian Ilahi dan ini yang membuatku semakin penasaran tuk mengetahui dirinya yang sebenarnya. Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri saat memandangnya dari jarak yang aku rasa cukup untuk menyembunyikan diriku ini dari pandangannya. 
Aku kembali teringat masa kecilku bersama teman-teman saat menikmati hujan ketika pulang dari sekolah. Yah namanya juga anak-anak yang selalu ingin senang serasa tanpa beban masalah yang dapat tak dapat dirasakan ketika dewasa nanti. Yah…. aku memang kagum dengan segala kesederhaan yang dia miliki yang aku rasa dia berbeda dari pada yang lain. Kala itu juga secara tersirat dia mulai ajarkan aku akan sebuah kata yang selama ini tak ingin ku kenal yaitu CINTA meski rasa itu hanya dapat kupendam hingga saat ini dan aku tak tahu kapan rasa itu akan hilang karena sulit bagiku tuk bisa menghilangkannya begitu saja.
Setelah hujan itu, aku hanyalah seorang pengagum rahasia yang hanya dapat memandangnya dari kejauhan meski dia dan aku berada di ruang waktu yang sama. Meski pada suatu ketika aku tahu bahwa aku dan dia memiliki rasa yang sama, itu pun karena jarak antara dia dan aku kini yang tak memungkinkan lagi. Saat ini hubungan aku dan dia hanya teman. Yah… teman dari dulu sampai sekarang karena memang antara aku dan dia tak pernah ada yang berani tuk mengungkapkan perasaan satu sama lain dan lebih memilih untuk memendamnya saja. Meski kala perpisahan itu terjadi dia dan aku lebih memilih tuk bungkam seribu bahasa dan tak terucap satu patah kata pun pada perpisahan saat itu dan kini jarak telah menjadi penghalang dari semua ini. 

Dia dan aku kini membuka lembaran kehidupan dengan kisah-kisah baru untuk bisa saling melupakan satu sama lain. Hanya takdir yang akan menentukan apakah kita akan bertemu lagi atau justru saat itu yang akan menjadi pertemuan terakhir kita? dan hanya Tuhan yang akan tahu akhir dari kisah ini. Aku hanya akan bisa mengenang kisah ini di kala hujan turun yang seakan menjadi pengingatku dan aku berharap disetiap butir-butir air hujan yang turun membasahi bumi turut membawa serta rasa yang pernah kumiliki ini untuk mengembara sampai ia menemukan lagi tujuannya. Satu hal yang pasti saat ini aku hanya ingin fokus akan hari ke depannya dengan segala impian-impianku yang takkan mungkin terwujud jika tak disertai dengan kerja keras dan doa.

Rabu, 13 November 2013

Puisi



Bebaskanku dari ketakutan
oleh: Nurwahidah

Mengapa kau hadir kembali?
Setelah kuberhasil melenyapkanmu
Tawamu yang lepas sangat mengusik ketenangan yang telah hadir
Menyelimuti separuh duniaku
Kembali menakutkanku dalam gelapnya dirimu
Masih tak puaskah kau menggerogoti separuh tubuh ini?
Hingga membuat ketakutan itu selalu hadir menemaniku
Meski aku telah berhasil memusnahkanmu atas diri ini
Lepaskan aku dari semua belenggu ini
Dari penjara batin menakutkanmu
Biarkan aku bebas dan mengisi  kekosonganmu ini
Dengan segala ketenangan yang telah hadir
Menemani dunia terangku kini

Makassar, 9 November 2013

Selasa, 12 November 2013

Untuk Mereka Yang Mengatakan Ini “Persaudaraan”



Untuk mereka yang merasa menjadi saudaraku di sana. Kalian tahu lingkaran persaudaraan yang kini mengikatku pada kalian seakan menjadi belenggu yang sangat kuat sehingga sulit bagiku tuk dapat melepaskannya. Aku ingin kembali menghirup nafas kebebasan seperti yang pernah aku rasakan ketika aku belum menjadi bagian dari semua ini. Tahukah kalian telah berbagai cara yang telah aku coba untuk bisa menyatukan jiwaku bersama kalian? namun ini semua seakan membuatku menjadi sesak sendiri dalam kehidupanku yang kini terasa terpenjarakan.
Aku tahu kalian sampai detik ini masih menganggapku bagian dari kalian dan itu yang membuatku semakin tak bisa lepas dan menghirup kebebasan yang dulu pernah kukecap, namun aku merasa kata “persaudaraan” yang kalian maksud masih sangat jauh dari pemaknaan persaudaraan yang kuketahui. Jujur, aku masih belum bisa mengkategorikan kalian sebagai saudaraku karena bagiku menjadikan seseorang sebagai saudara bukanlah perkara mudah, semudah membalikkan telapak tangan dan aku masih merasa kalian adalah seorang teman, yah… teman yang jaraknya masih jauh untuk dapat kujadikan sebagai saudara.
Pernah, suatu ketika kucoba tuk kembali ke lingkaran ini, namun apa yang kudapat? Hanya pengabaian dan pengasingan semata yang kalian berikan padaku. Inikah arti persaudaraan yang kalian maksud? Beginikah perlakuan seorang saudara terhadap saudaranya sendiri? Sungguh, hal itu yang membuatku kembali terluka jika mengingatnya dan pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu mengusik ketenangan hidupku hingga saat ini.
Jikalau pun kalian membaca ini. Hanya satu permintaanku pada kalian, berikan aku kesempatan untuk memilih jalan kebebasanku. Aku tak ingin terikat dengan semua ini dan maafkanlah aku jika telah melukai perasaan kalian karena sungguh, aku tak pernah bermaksud tuk melukai siapa pun dan dengan alasan apa pun itu.